“Tuhanku,
ampuni aku”
Judul Buku :
Bukan Milik Kami
Pengarang :
Syamsul Arifin
Tebal :
130 halaman
Terbit :
Cetakan pertama, 1988
Cetakan kedua, 1991
Cetakan ketiga, 1992
Cetakan keempat, 1993
Penerbit :
Balai Pustaka
Buku kumpulan cerpen “Bukan Milik
Kami” ini merupakan kumpulan cerpen kedua karya Syamsul Arifin. Sebelumnya, ia
telah menghasilkan Biarkan Ia di Sini (1972). Selain menghasilkan karya berupa
kumpulan cerpen, ia juga pernah menulis karya-karya lain seperti kumpulan puisi
“Pagi” dan “Cuaca yang Ranum” (2972), serta kumpulan cerita anak-anak “Burung Gelatik yang Cantik” (1972).
Dalam buku ini terdapat lima buah
cerita pendek yaitu,”Malam-malam ia pergi”, “Lewat Jalan Itu”, Tantangan,
“Bukan Milik Kami”, dan “warisan”. Dalam buku yang berjudul “Bukan Milik Kami”
ini, Syamsul Arifin melukiskan kehidupan yang penuh perhitungan dan keseriusan.
Syamsul Arifin juga menyajikan kepada kita untuk memahami bahwa banyak
pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan di sekitar kita.
Seperti dalam cerita “Malam - Malam
Ia Pergi”, dikisahkan bahwa sepasang suami isteri dalam kegelisahan mereka
menanti kelahiran anak pertama mereka. Mereka selalu berdo’a agar anak mereka
kelak menjadi anak yang sholeh dan sholehah. “Lewat Jalan Itu”, cerita tentang
kesetiaan seorang anak yang menunggu ayahnya padahal ayahnya telah tiada.
“Tantangan”, menceritakan seorang anak yang berusaha meyadarkan ibunya dan
warga di daerahnya untuk berobat ke dokter dan meninggalkan kepercayaan
terhadap orang pintar untuk menyembuhkan penyakitnya. “Bukan Milik Kami”,
mengisahkan tentang seseorang yang berjuang dan mengabdi untuk bangsa tanah airnya, namun saat dia
kembali dari tugasnya dia harus menelan kekecewaan karena gadis yang
dicintainya sudah dimiliki orang lain. “Warisan”, menceritakan tentang
perebutan harta warisan.
Syamsul Arifin dalam menceritakan
kisah cerpennya bertindak sebagai orang ketiga serba tahu. Syamsul Arifin
senantiasa mengajak kita untuk merasakan kehidupan di dalam cerpennya dan dapat
membuat kita larut dalam cerita yang ditulisnya.
Cerpen – cerpen yang dihasilkan
Syamsul Arifin mengandung banyak pesan moral di dalamnya. Dan pesan itu ada
yang tersurat dan ada juga yang tersirat. Dalam cerita yang berjudul “Malam-Malam
Ia Pergi” misalnya, kita tidak boleh berfikiran negative pada perubahan sikap
seseorang, karena kita tidak tahu pasti apa penyebab perubahannya tersebut. Dalam
cerita “Tantangan”, di sampaikan bahwa untuk melakukan hal yang baik ada banyak
rintangan yang harus kita hadapi tapi kita tidak boleh menyerah. Sedangkan
dalam cerita “Bukan Milik Kami”, disampaikan bahwa kita harus merelakan sesuatu
yang bukan lagi menjadi milik kita.
Secara keseluruhan, cerpen-cerpen
yang ada di dalam buku yang berjudul “Bukan Milik Kami” ini benar-benar
menghadirkan suatu konflik dan realita hidup yang umumnya muncul dalam
masyarakat. Selain itu, Syamsul Arifin sangat pandai dalam memilih tema dan
penyajian amanat. Tema yang diangkat tidak jauh dari kehidupan masyarakat kita,
sehingga pembaca yang membaca cerpen ini akan terbawa ke dalam cerita tersebut
dan dapat memahami ceritanya. Gaya bahasa yang Syamsul Arifin gunakan juga
sudah bagus, hanya saja terdapat beberapa kata yang sulit dimengerti. Cover
buku dan judulnya dirasa kurang menarik. Selain itu, tidak adanya gambar-gambar
ilustrasi pada setiap judul cerpen. Meskipun
begitu, buku kumpulan cerpen ini tetap patut kita baca, karena amanat yang
terkandung di dalamnya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut kami sebaiknya cover dan
judul dari buku kumpulan cerpen ini dibuat lebih menarik, pemilihan warna pada
cover sebaiknya tidak terlalu mencolok, serta disertai gambar-gambar ilustrasi
sesuai dengan masing-msing judul cerpen.