
Poliploid adalah kondisi
pada suatu organisme yang memiliki
set kromosom (genom) lebih dari
sepasang. Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut sebagai organisme
poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang untuk menghasilkan organisme
poliploid disebut sebagai poliploidisasi.
Organisme hidup pada
umumnya memiliki sepasang set kromosom pada sebagian
besar tahap hidupnya. Organisme ini disebut diploid (disingkat
2n). Namun demikian, sejumlah organisme pada tahap yang sama memiliki lebih dari
sepasang set. Gejala semacam ini dinamakan poliploid (dari bahasa Yunani poly, berganda.
Organisme dengan kondisi demikian disebut poliploid. Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set
kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga
ditemukan hidup normal di alam.
Fenomena poliploid di alam dapat dibagi atas :
1. autopoliploid (penambahan genom
dimana pasangan kromosomnya homolog),
2. allopoliploid (penambahan genom
dimana kromosomnya tidak homolog).
Secara umum autopoliploid sama dengan diploid, perbedaannya
hanya tergantung pada genotip asal, serta terjadi peningkatan ukuran sel
merismatik dan sel penjaga (Sparrow, 1979 ; Poehlman dan Sleper, 1995).
Sedangkan tanaman allopoliploid dihasilkan menurut Sparrow (1979) adalah untuk
mengkombinasi karakter-karakter yang diinginkan dari dua tetua diploid ke dalam
satu tanaman.
Autopoliploid
Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana genomnya identik atau mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya berasal dari satu spesies. Autopoliploid muncul dari penggandaan kromosom yang komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat diinduksi artifisial melalui perlakuan kolkisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang terakhir ini jarang ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat berasal dari persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom dimana gamet tidak mengalami reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat miosis, dengan pewarisan yang multisomik Beberapa tanaman yang termasuk autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar, kacang tanah, alfalfa dan “orchardgrass”.
Autopoliploid adalah sel yang mempunyai lebih dari dua genom dimana genomnya identik atau mempunyai kromosom homolog karena pada umumnya berasal dari satu spesies. Autopoliploid muncul dari penggandaan kromosom yang komplemen secara langsung. Autopoliploid dapat diinduksi artifisial melalui perlakuan kolkisin dan dapat terjadi secara spontan, tetapi yang terakhir ini jarang ditemukan. Menurut Vandepoele et al, (2003) autopoliploid dapat berasal dari persilangan intraspesies diikuti dengan penggandaan kromosom dimana gamet tidak mengalami reduksi dan kromosomnya membentuk multivalent pada saat miosis, dengan pewarisan yang multisomik Beberapa tanaman yang termasuk autopoliploid alami adalah kentang, ubi jalar, kacang tanah, alfalfa dan “orchardgrass”.
Beberapa sifat autopoliploid yang
berbeda dengan diploid adalah :
(1) volume sel dan nukleus lebih
besar,
(2) bertambah ukuran daun dan bunga
serta batang lebih tebal,
(3) terjadi perubahan komposisi
kimia meliputi peningkatan dan perubahan karbohidrat, protein, vitamin dan
alkaloid,
(4) kecepatan pertumbuhan lebih
lambat dibanding diploid, menyebabkan pembungaannya juga terlambat,
(5) miosis sering tidak teratur
dengan terbentuknya multivalen sebagai penyebab sterilitas,
(6) poliploid tidak seimbang
terutama pada triploid dan pentaploid (Sparrow, 1979).
Dikatakan juga oleh Poehlman dan
Sleper (1995) bahwa autopoliploid berperan meningkatkan ukuran sel merismatik
tetapi jumlah total sel tidak bertambah. Menurut Sareen et al. (1992) tanaman
autotetraploid mempunyai bagian vegetatif lebih besar, menyebabkan mereka lebih
jagur dibanding diploidnya. Tetapi efek ini tidak universal karena ada beberapa
autotetraploid yang mirip atau lebih lemah dibandingkan tetua diploid.
Menurut Poehlman dan Sleper (1995) tiga hal dasar sebagai petunjuk untuk memproduksi dan memanfaatkan autoploid dalam program pemuliaan tanaman yaitu :
(1) autoploid cenderung mempunyai
pertumbuhan vegetatif lebih besar sedangkan biji yang dihasilkan sedikit,
sehingga lebih bermanfaat untuk pemuliaan tanaman yang bagian vegetatifnya
dipanen,
(2) lebih berhasil untuk mendapatkan
autoploid yang jagur dan fertil melalui penggandaan diploid yang jumlah
kromosom sedikit,
(3) autoploid yang berasal dari
spesies menyerbuk silang lebih baik dari pada autoploidi dari spesies menyerbuk
sendiri, sebab penyerbukan silang membantu secara luas rekombinasi gen dan
kesempatan untuk memperoleh keseimbangan genotip pada poliploid.
Allopoliploid
Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih genom dari genom normal 2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak homolog. Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi antara spesies atau genus yang berlainan genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan steril karena tidak ada atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan kromosom spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa tanaman yang termasuk alloploid alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan beberapa spesies kubis.
Allopoliploid
Allopoliploid adalah keadaan sel yang mempunyai satu atau lebih genom dari genom normal 2n =2x, dimana pasangan kromosomnya tidak homolog. Allopoliploid terbentuk dari hibridisasi antara spesies atau genus yang berlainan genom (hibridisasi interspesies). Tanaman F1-nya akan steril karena tidak ada atau hanya beberapa kromosom homolog. Bila terjadi penggandaan kromosom spontan atau diinduksi maka tanaman menjadi fertil. Beberapa tanaman yang termasuk alloploid alami adalah gandum, terigu, kapas, tembakau, tebu dan beberapa spesies kubis.
Allopoliploid ditemukan ada yang allopoliploid segmental (sebagian kromosom homolog) menyebabkan steril sebagian, dan allopoliploid (semua kromosom tidak homolog) menyebabkan steril penuh. Allopoliploid segmental memiliki segmen kromosom homologous dan homoeologus (homolog parsial) yang selama miosis dapat terjadi bivalen dan multivalen sehingga pewarisannya campuran disomik-polisomik (Vandepoele et al. 2003). Dikatakan juga bahwa prototipe poliploid dari rumput-rumputan seperti gandum adalah allopoliploid, jagung adalah alloploidi segmental dan padi adalah paleopoliploid.
Tujuan induksi allopoliploid adalah mengkombinasi sifat-sifat yang diinginkan dari dua tetua diploid ke dalam satu tanaman (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) beberapa manfaat alloploidi untuk para pemulia adalah :
(1) dapat mengidentifikasi asal
genetik spesies tanaman poliploidi,
(2) menghasilkan genotip tanaman
baru,
(3) dapat memudahkan transfer gen
antar spesies dan
(4) memudahkan transfer atau
subtitusi kromosom secara individual atau pasangan kromosom.
Para pemulia menginduksi poliploid dengan menyilangkan antara spesies budidaya tetraploid dengan kerabat liarnya dengan tujuan supaya gen yang diinginkan dapat ditransfer dari spesies liar ke kultivar budidaya (Sparrow, 1979). Menurut Poehlman dan Sleper (1995) hampir semua kerabat liar Solanum dapat disilangkan dengan Solanum tuberosum (interspesies) dengan tujuan untuk mendapatkan resistensi terhadap stress abiotik maupun biotik serta memperbaiki heterosigositas tanaman.
Pendekatan pembuatan allopoliploid ini kelihatan kurang berhasil dibanding induksi autopoliploid. Kesulitan yang ditemui dengan pendekatan ini adalah :
(1) adanya “barier incompatible”
antar kedua spesies yang akan disilangkan,
(2) terjadi pembuahan tetapi
mengalami aborsi embrio (Karmana, 1989). Kendala dalam menghasilkan tanaman
allopoliploid ini dapat diatasi dengan teknik hibridisasi baru yaitu fusi
protoplas atau hibridisasi somatik.